Apakah Sunni atau Sunnah Waljamaah



Sunni adalah istilah lain untuk ahlus sunnah atau sunnah wal jamaah, tidak ada perbedaan di antara dua istilah ini.  Secara umum pengertian ahlus sunnah yaitu  orang-orang yang berpegang teguh dengan ajaran Nabi dan para shahabat serta orang-orang yang mengikuti mereka dan meniti jalan mereka baik dalam permasalahan akidah, perkataan dan perbuatan. Mereka adalah orang-orang yang komitmen untuk mengikuti Nabi dan menjauhi bid’ah. Mengikuti jalan mereka dalam beragama adalah hidayah sedangkan menyelisihi mereka adalah kesesatan.

Tidak seperti kelompok Syiah Rafidoh yang selalu melaknat sebagian sahabat, ahlus sunah adalah muslim yang mengikuti jalan Nabi Muhammad, para sahabat.  Definisi ini disimpulkan dari sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang golongan yang selamat dari kesesatan di dunia dan selamat dari neraka di akherat.

قَالُوا وَمَنْ هِىَ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ مَا أَنَا عَلَيْهِ وَأَصْحَابِى

Para shahabat bertanya, “Siapakah mereka wahai rasulullah?”. Beliau bersabda, “Orang yang mengikuti ajaranku dan shahabatku dalam beragama” (HR Tirmidzi no 2641 dari Abdullah bin ‘Amr, dinilai hasan oleh al Albani).

Sebagaimana kelompok syiah. Dalam sunni juga terdapat kelompok dalam arti mahzab seperti mahzab Hambali, Mahzab hanafi, Maliki dan Syafii yang diikuti mayoritas muslim asia seperti Indonesia da beberapa negara di Timur Tengah seperti Yaman.


Sikap Sunni terhadap keyakikan Syi’ah

Kelompok Suni adalah kelompok yang berlepas diri dari klaim-klaim syiah rafidoh yang selalu menuduh dan melaknat serta mencap kafir kepada para  sahabat (terutama Abu Bakar, Umar dan Ustman dan bahkan istri nabi Aisyah) dan menuduh mereka sebagai biang keladi yang merampas kekuasaan yang seharus nya diberikan kepada Ali paska wafatnya nabi Muhammad.

Kelompok Suni memiliki dalil baik dari nash Al-Quran maupun hadist nabi bahwa pendapat syiah itu tidak benar dan lancang. Mengenai perselisihan yang pernah terjadi, Suni berpandangan logis bahwa para sahabat adalah manusia yg bisa berbuat salah sehingga perselisihan perselihan yang pernah terjadi adalah sunnatulaah (ketetapan Allah) yang tidak bisa dihindari sebagai ujian setiap umat. Bukankah hampir setiap umat dan bangsa-bangsa yang besar pun mengalami ujian?

Sebagai bangsa, apakah kita harus mengutuk Soekarno seumur hidup atas kelalaianya melindungi PKI? Apakah kita harus mengutuk Soeharto atas apa-apa saja yang pernah kita alami selama masa kekuasaanya? Bukankah sebagai bangsa yang diberi kemerdekaan setelah berabad-abad lamanya dijajah Inggris, Belanda dan Jepang, mereka memiliki andil yang besar bagi bangsa ini? Apakah kita harus menggali kuburan mereka, melaknat mereka dan keluarga mereka sampai generasi anak cucu kita?

Sampai hari ini, apa yang dibenci oleh kaum sunni (Yang tidak sejalan dengan syiah rafidoh sebagai syiah mainstream saat ini) adalah bahwa mereka (Syiah) terus mengangkat isu ini sebagai dasar keimanan mereka dan terus mengkafirkan banyak shabat nabi bahkan istri nabi Aisyah, dengan dalil-dalil yg syubhat (meragukan) dan lemah serta tidak bisa dicerna dengan akal sehat dan bertentangan dengan anjuran Alquran dan nabi Muhammad.

Sebagai contoh, Alquran menjelaskan bahwa para istri nabi adalah orang-orang yang baik sampai-sampai istri-istri nabi dikatakan sebagai ibu-ibu kalian (umat islam) bahkan tidak boleh dinikahi setelah nabi wafat. Syiah setuju dengan hal ini tapi pada saat yang bersamaan Aisyah sebagai istri nabi dilaknat bahkan dipastikan sebagai ahli neraka (Naudzu bilah).

Bagaimana mungkin mereka setuju bahwa istri-istri nabi adalah orang-orang yg dijamin Allah dan mengakui Aisyah adalah istri nabi Muhammad tapi pada saat yang bersamaan melaknanatnya? Bagaimana mungkin mereka meyakini Alquran tapi pada saat yang sama melemparnya?


يَا نِسَاءَ النَّبِيِّ لَسْتُنَّ كَأَحَدٍ مِّنَ النِّسَاءِ ۚ إِنِ اتَّقَيْتُنَّ فَلَا تَخْضَعْنَ بِالْقَوْلِ فَيَطْمَعَ الَّذِي فِي قَلْبِهِ مَرَضٌ وَقُلْنَ قَوْلًا مَّعْرُوفًا وَقَرْنَ فِي بُيُوتِكُنَّ وَلَا تَبَرَّجْنَ تَبَرُّجَ الْجَاهِلِيَّةِ الْأُولَىٰ ۖ وَأَقِمْنَ الصَّلَاةَ وَآتِينَ الزَّكَاةَ وَأَطِعْنَ اللَّهَ وَرَسُولَهُ ۚ إِنَّمَا يُرِيدُ اللَّهُ لِيُذْهِبَ عَنكُمُ الرِّجْسَ أَهْلَ الْبَيْتِ وَيُطَهِّرَكُمْ تَطْهِيرًا

“Wahai para isteri Nabi, kamu sekalian tidaklah seperti wanita yang lain, jika kamu bertaqwa. Maka janganlah kamu tunduk (merendahkan suara) ketika berbicara sehingga berkeinginan (buruk)lah orang berpenyakit di dalam hatinya, dan ucapkanlah perkataan yang baik. Dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang Jahiliyyah dahulu, dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan taatilah Allah dan Rasul-Nya. Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa darimu, wahai Ahlul Bait dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya.” [Al-Ahzaab: 32-33]

النَّبِيُّ أَوْلَى بِالْمُؤْمِنِينَ مِنْ أَنفُسِهِمْ وَأَزْوَاجُهُ أُمَّهَاتُهُمْ

“Nabi itu (hendaknya) lebih utama bagi orang-orang mukmin dari diri mereka sendiri dan isteri-isterinya adalah ibu-ibu mereka (kaum muslimin)…” (QS. Al-Ahzab: 6)

Istri-istri nabi adalah ibu-ibu kaum muslimin, maka itu dilarang menikahinya setelah nabi wafat. Aisyah adalah salah satu dari Istri nabi dimana syiah mengakui fakta ini. Tapi bagaimana mungkin pada saat yang bersamaan mereka melaknat dan mengkafirkan Aisyah istri nabi yang sekaligu anak dari Abu Bakar?

Bukti dari bencinya mereka kepada sahabat nabi Muhammad (Abu bakar Ra. Umar Ra. dan Ustman Ra.) tak satupun nama mereka yg digunakan di Iran. Kecuali dari mereka yg Convert dari Non syiah ke syiah. Untuk kasus seperti itu pada umumnya mereka mengganti nama mereka. Contoh sekitar tahun 90-an ada seorang penceramah bernama Usman Shihab (turunan arab) dan sering mengisi acara televisi kemudian konvert ke syiah dan namanyanya menjadi Otman Shihab agar tidak seperti Usman sebagai bentuk bencinya mereka.

Padahal sejarah mencatat bahwa telah terjadi kawin mawin semasa Nabi Muhammad masih hidup antara keluarg Nabi dengan para sahabat yang mereka benci,  dan hal demikian agar mereka terikat pada pertalian saudara sebagaimana kondisi tersebut diceritakan dalam Al-Quran.

Pasca Nabi Muhammad wafat, perkawinan terus terjadi antara Keluarga Nabi Muhammad, Abu bakar, umar dan ustman bahkan sampai cucu-cucu mereka.  Tidak seperti apa yang dipraktekan kaum syiah, beberapa cucuk dan turunan dari Ali dan Fatimah justru menggunakan nama-nama para sahabat tersebut sebagai bentuk kecintaan mereka kepada sahabat nabi dan ini jelas-jelas bertolak belakang dengan sikap sy’iah yang mengklaim pendukung, penolong dan pecinta Ali dan ahlul bait tetapi tidak mengikuti sikap Ali terhadap sahabat.  Tentu saja sikap itu dikarenakan mereka berkeyakinan bahwa antara Ali dan keluarganya telah terjadi permusuhan sejak perselisihan itu terjadi hingga menjadi luka dan trauma yang sangat dalam bagi ahlul bait. Secara logika kita bertanya, apakah kita akan menamakan anak-anak kita dengan nama-nama orang yang telah menghianati kita?

Maka, bagi suni ini adalah ide yang absurd. Terlebih-lebih sikap Sunni mengikuti apa yang diajarkan Allah dan Rasulnya (Nabi Muhammad) sebagaimana tertera dalam hadist dan Al-quran agar umat Islam menghargai para sahabat nabi.

Dari sekian banyak dalil, berikut beberapa dalil sunni (Non syiah Rafidoh) yang berlepas diri dari kutuk mengkutuk sahabat.

وَالسَّابِقُونَ الْأَوَّلُونَ مِنَ الْمُهَاجِرِينَ وَالْأَنْصَارِ وَالَّذِينَ اتَّبَعُوهُمْ بِإِحْسَانٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ وَأَعَدَّ لَهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي تَحْتَهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا ۚ ذَٰلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ

“Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) dari golongan muhajirin dan anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan merekapun ridha kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya selama-lamanya. Mereka kekal di dalamnya. Itulah kemenangan yang besar” (QS. At Taubah: 100)

Tidak bisa dipungkiri oleh kelompok Syiah bahwa Abu bakar Ra. Umar Ra dan Ustman Ra. Yang mereka fitnah adalah orang-orang yang pertama-tama masuk Islam dan bersama Nabi Muhammad baik sulit mapun senang.

“Sesungguhnya Allah telah menerima taubat Nabi, orang-orang muhajirin dan orang-orang Anshar, yang mengikuti Nabi dalam masa kesulitan, setelah hati segolongan dari mereka hampir berpaling, kemudian Allah menerima taubat mereka itu. Sesungguhnya Allah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang kepada mereka,” (QS. At-Taubah: 117)

“Dan orang-orang yang datang sesudah mereka (Muhajirin dan Ansar), mereka berdoa: "Ya Tuhan kami, beri ampunlah kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dahulu dari kami, dan janganlah Engkau membiarkan kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman; Ya Tuhan kami, sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyayang". (QS. Al-Hasyr: 10)

Dalam beberapa hadist, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam melarang keras ummat Islam mencaci maki para Sahabat Radhiyallahu anhum, sebagaimana sabda beliau:

لاَ تَسُبُّوْا أَصْحَابِيْ، فَوَالَّذِيْ نَفْسِيْ بِيَدِهِ لَوْ أَنَّ أَحَدَكُمْ أَنْفَقَ مِثْلَ أُحُدٍ ذَهَبًا مَا بَلَغَ مُدَّ أَحَدِهِمْ وَلاَ نَصِيْفَهُ.

“Jangan kalian mencaci Sahabatku!! Demi Rabb Yang diriku berada di tangan-Nya, jika seandainya salah seorang dari kalian memberikan infaq emas sebesar gunung Uhud, maka belumlah mencapai nilai infaq mereka meskipun (mereka infaq hanya) satu mudd (yaitu sepenuh dua telapak tangan) dan tidak juga separuhnya.”

Juga sabda beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam :

مَنْ سَبَّ أَصْحَابِي، فَعَلَيْهِ لَعْنَةُ اللهِ، وَالْمَلاَئِكَةِ، وَالنَّاسِ أَجْمَعِيْنَ.

“Barangsiapa mencaci-maki Sahabatku, maka baginya laknat Allah, Malaikat, dan manusia seluruhnya!!!” [5]

Lihat ritual-ritual syiah pada peringatan Asyuro, bukankah mereka melaknat diri mereka sendiri dengan menyakiti tubuh mereka hingga bercucuran darah?


أوصيكم بتقوى الله والسمع والطاعة ، وإن كان عبدا حبشيا فإنه من يعش منكم فسيرى اختلافا كثيرا ، فعليكم بسنتي وسنة الخلفاء الراشدين المهديين ، فتمسكوا بها وعضوا عليها بالنواجذ ، وإياكم ومحدثات الأمور فإن كل محدثة بدعة وكل بدعة ضلالة )

“Aku wasiatkan kalian agar bertaqwa kepada Allah. Lalu mendengar dan taat kepada pemimpin, walaupun ia dari kalangan budak Habasyah. Sungguh orang yang hidup sepeninggalku akan melihat perselisihan yang banyak. Maka wajib bagi kalian untuk mengikuti sunnnahku dan sunnah khulafa ar raasyidin yang mereka telah diberi petunjuk. Berpegang teguhlah dan gigitlah ia dengan gigi geraham. Serta jauhilah perkara yang diada-adakan, karena ia adalah bid’ah dan setiap bid’ah itu sesat” (HR. Abu Daud no.4609, Al Hakim no.304, Ibnu Hibban no.5)

Khulafaur-Rasyidin berasal dari kata khulafa’ dan ar-rasyidin. Kata khulafa, merupakan jamak dari kata khalifah artinya pengganti sedangkan kata ar-rasyidin artinya mendapat petunjuk. Jadi khulafaurrasyidin menurut bahasa adalah orang yang ditunjuk sebagai pengganti, pemimpin atau penguasa yang selalu mendapat petunjuk dari Allah SWT. Khulafaurrasyidin menurut istilah adalah pemimpin umat dan kepala negara yang telah mendapat petunjuk dari Allah SWT. untuk meneruskan perjuangan Nabi Muhammad saw. Kulafaur rasyidin adalah Abu bakar, Umar, Usman dan Ali (Sepupu Beliau)

Perayaan Hari raya syiah Rafidoh lebih banyak dari Sunni. Umat Islam merayakan hari raya Idul Fitri dan Idul Adha. Sementara syiah di Iran memiliki hari perayaan yang banyak seperti idul Gadir, Hari kelahiran Fatimah, Hari kelahiran Ali, Hasan Husen, Hari kematian Hasan, Husen dan lain-lain

Perayaan yang paling drmatis, sesat dan tidak bisa diterima akal sehat adalah disaat hari Asyuro mereka melakukan ritual ratapan dengan menyakiti diri sampai berdarah-darah sebagai dalil mengenang pembunuhan hasan-husen yang dinistbatkan kepada orang sunni sebagai pelakunya. Inikah ajaran Islam? Tidak, justru Islam mengharamkan menyakiti diri sendiri (Zalim) dan sungguh itu perbuatan dosa.

Islam membolehkan bersedih tapi tidak boleh berlebihan. Islam membolehkan bergembira tapi tidak boleh berlebihan. Apakah menyakiti diri dengan memukul kepala dengan pisau tajam dan melukai punggung2 mereka hingga berdarah merupakan ajaran yang sehat dan wajar? Kita suni berlepas tangan dari kutuk mengkutuk yang tidak logis dan ibadah-ibadah mereka yang bertentangan dengan dali/nash Al-Quran, hadist Nabi dan tertolak oleh akal sehat.